Dimasa engkau terlahir hal-hal ini terjadi untuk mu aku bersaksi
Dimasa engkau terlahir orang-orang seakan berlarian terburu-buru
kearah yang sama tapi bertabrak-tabrakan saling menginjak dan tidak
menghiraukan arah yang tidak tertera dilambang mata angin arah yang juga tidak
tertera di warisan kebijakan dan angin ingatan nasehat manapun arah yang
ternyata tidak ada yang tau itu dimana, kau terlahir dimasa Maha Chaos.
Dimasa engkau terlahir orang-orang mempercayai Tuhan pencipta
alam semesta sebagai mitos yang membuat orang menghentikan mesin-mesinnya,
turun dari pelananya, tertegun, tersenyum, dan bahkan menangis ketika dongeng
telah diceritakan. Ketika dongengnya usai mereka mulai lapar lagi, dan
menyalakan mesin-mesinnya lagi, meloncat kepelananya lagi, lalu berputar gila
dan mengerus rakus, kau terlahir dimasa Maha Tak Tau Malu.
Dimasa engkau terlahir orang-orang tidak bertegur sapa seperti
manusia biasa, setiap mereka mempunyai wakil berupa angka atau kode yang
dengannya setiap orang bisa menjadi siapa saja yang bukan dirinya, dan bertemu
dengan siapa saja yang sebenarnya tidak ada, daging bertemu daging tidak lagi
penting, hati bertemu hati tidak lagi menjadi, kau terlahir dimasa Maha Palsu.
Dimasa engkau terlahir orang-orang berlomba menuju masa depan
yang cerah seakan berhak mengengam Dunianya yang luas tak berbatas dengan
telapak tangan dan ujung-ujung jarinya, mereka kegirangan, yang lombanya “aaa Follower ku patangewu”, heran, lupa
berkedip, lupa menoleh, lalu tidak sadar bahwa mereka hanya melihat satu titik
kecil dan melupakan sisa luasnya semesta, melupakan sawah didepan selokan sana,
melupakan bahwa mendorong motor ketika habis bensinnya itu menyenangkan, karena
artinya kita tau kita berkeringat lagi, kau terlahir dimasa Maha Sempit.
Dimasa engkau terlahir orang-orang hidup dibawah matahari yang
sama, matahari yang bersinar sempurna, sesempurna matahari mu sekarang,
menerangi setiap himpit ruang yang kita jejaki, tapi tetap saja orang-orang itu
menyampar dan menendang apa-apa yang mereka temui, sepertinya mereka sengaja
memejamkan mata dan tidak mau terkaruniai dengan melihat lalu menghargai, kau
terlahir dimasa Maha Gelap.
Dimasa engkau terlahir orang-orang dengan hidup sempurna tertata
rapi dalam kotak diagonal ukuran dalam inchi, bercahaya dan bersuara, menangkap
dan menyiarkan pesan-pesan yang beragam rupa dan cara yang pada akhrinya
tersimpulkan beli, beli, beli, beli, beli, dan beli, jika tidak mampu
mengikutinya maka terlemparlah kita diintimnya kasta yang berarti hina, kau
terlahir dimasa Maha Beli.
Dimasa engkau terlahir orang-orang bersepakat ajaran terpopuler
adalah ajaran membenci, ajaran ternorak adalah ajaran mencintai, batu, parang,
peluru adalah jajanan yang laris manis, cium dan peluk adalah jualan yang tak
laku lagi, semakin kau membenci semakin kau diakui, semakin kau mencintai
semakin kau dijauhi, kau terlahir dimasa Maha Benci.
Dimasa engkau terlahir orang-orang tersediakan jalan dan
jembatan yang dibangun panjang dan kokoh siap menghantarkan kemana saja, tapi
ada satu jalan yang sangat diminati, berkumpulah orang-orang disitu, namanya
jalan pintas, karena setapak demi setapak adalah buang-buang waktu bukan lagi
proses, karena belokan dan tanjakan adalah kebingungan yang memutus asakan
bukan lagi tantangan, kau terlahir dimasa Maha Pendek.
Dimasa engkau terlahir orang-orang berparas murung tapi berucap
aku gembira, dimasa engkau terlahir menjadi bahagia sebegitu rumitnya, Dimasa
engkau terlahir aku tertawa-tawa atas apa yang aku lihat, aku berjalan
berlawanan arah, menantang arah orang-orang itu, dipersimpangan besar nan ramai
yang slalu aku temui setiap beberapa meter langkah kaki ini aku bersengolan
dengan orang-orang ini, dan kadang bahkan berjabat tangan, bahkan berpelukan
dengan mereka, sesekali aku melihat orang lain yang aku jabat itu, yang aku
peluk itu adalah aku sendiri, saya juga berada diantara kerumunan itu.
Anak ku kulihat diriku dijalan ramai diantara orang-orang itu
Anak ku pilihlah jalan sepi mu, sepi membuat mu punya waktu dan
ruang cukup bagimu, tuk jadi bukan sepertiku.
Sajak diatas merupakan
sebuah lagu dari band FSTVLST yang liriknya ditulis oleh vokalisnya mas Farid
Stevi Asta, sebuah lagu yang memberi makna cukup dalam, sebuah lagu yang
meceritakan seorang bapak yang bercerita kepada anaknya tentang di masa anaknya
tersebut terlahir, yang tak lain adalah saat ini, ya kalau kalian cermati lirik
lagu tersebut ya memang menceritakan apa yang kita alami saat ini, dan saya
sadar bahwa tidak dapat dipungkiri kalau saya terkadang juga berada diantara
orang-orang tersebut.
0 comments:
Post a Comment