Seminggu yang lalu Sabtu-minggu 26-27 Maret 2016
saya bersama teman-teman dikampung saya ngecamp di Pantai Greweng, Gunung
Kidul. Setelah direncana beberapa minggu sebelumnya akhirnya kegiatan ngecamp
itu terlaksana. Kumpul pukul 1 siang disalah satu rumah teman saya akhirnya
baru bisa berangkat pukul 2 siang karena ada salah satu temen saya yang
mendadak ikut dan saya bersama dua temen saya harus nyusul teman-teman yang
lain yang sudah berangkat duluan. Pantai Greweng ini terletak disebelah timur
Pantai Wediombo dan Pantai Jungwok. Walaupun dulu saya pernah mengunjungi
pantai Wediombo namun kemarin itu saya benar-benar lupa jalannya, maklum udah
hampir 10th yang lalu. Sampai daerah sebelum sambi pitu akhirnya
ketemu dengan teman-teman yang tadi berangkat duluan dan kami kembali menyusuri
jalan Jogja-Wonosari yang kebetulan sore itu cukup rame dengan Bus wisata
maklum pas barengan long weekend.
Pantai Greweng |
Akhirnya sampai juga di daerah Kota Wonosari,
tepatnya di bunderan siyono, kita ambil kekanan sama seperti arah ke Pantai
Baron hingga ketemu dengan pertigaan Mulo, kita ambil ke kiri kalau lurus
sampai Pantai Baron, kita kekiri arah ke Tepus perjalanan sudah hampir 2 jam
namun belum ada tanda-tanda sampai ke daerah pantai hujan pun sempat turun
sehingga kami sempat berhenti untuk memakai mantol didaerah Tepus ya walaupun
sebenarnya hujan tidak terlalu deras. Sampai daerah Girisubo kami kembali
beristirahat dan menunaikan sholat ashar di sebuah Mushola yang terdapat di
komplek kantor kelurahan Desa Balong.
Hari semakin sore kita pun segera bergegas karena kata
teman saya jarak menuju pantai Greweng dari tempat parkir cukup jauh dan kami ngak
mau jalan dalam gelap malam karena dalam rombongan ada beberapa cewek yang
pasti bakal tambah bikin ribit kalau jalan dimalam hari. Tak berselang lama
dari tempat kita transit sholat ashar tadi akhirnya ketemu juga dengan TPR
objek wisata Pantai Wediombo, dengan tarif Rp. 10.000 satu motor untuk dua
orang, cukup murah dibanding dengan TPR Pantai Baron. Di TPR tersebut kita juga
dikasih tau kalau jalan setelah TPR tersebut merupakan turunan yang cukup
panjang jadi harap hati-hati. Setelah melewati turunan panjang dan berliku
mulai terlihat sekilas laut lepas di kejauhan yang menambah semangat saya untuk
segera sampai dipantai. Ngak berselang lama sampailah kita diparkiran untuk ke
pantai Jungwok, dan Greweng ditepi jalan aspal menuju pantai wediombo tadi,
tapi kami pikir jalan kaki nya masih jauh tapi kita juga sempet ragu nanti
kalau motornya kita bawa masuk lagi disana masih ada tempat parkir ngak? Akhirnya
temen saya ada yang bertanya sama warga setempat, dan disarankan untuk parkir
ke tempatnya mbah Suro.
Melewati jalanan tanah yang cukup licin dibeberapa
bagian karena ada kubangan air nya jadi harap hati-hati kalau ngak mau
terpeleset. Setelah melewati jalan offroad tadi akhirnya kita sampai ditempat
mBah Suro yang kami jadikan sebagai tempat parkir, melihat kedatangan rombongan
kami mbah Suro pun menyambut dengan hangat. Dan kami merupakan rombongan yang
pertama singgah ditempat tersebut sore itu. Setelah meminta ijin untuk parkir,
dan beristirahat sejenak kitapun bergegas untuk menuju Pantai Greweng, karena
dari tempat mbah Suro menuju pantai masih dibutuhkan waktu kurang lebih 20
menit jalan kaki dengan rute naik turun yang cukup menguras tenaga. Kami segera
bergegas melangkahkan kaki menyusuri jalan setapak yang dipakai penduduk
setempat untuk akses menuju ladang mereka, oh iya dari tempat mbah Suro tadi
kami dibawain bekal timun suri. Setelah melewati jalan tanah dengan berbagai
kontur dari tanah biasa, becek, hingga berbatu serta tanjakan dan turunan
akhirnya pasir putih pantai mulai terlihat dari balik batu karang, terlihat
juga beberapa tenda yang sudah berdiri. Karena sudah merasa lelah setelah
melihat pasir putih terhampar rasanya lngsung pengeng nglekar aja, dan entah mengapa
tas saya terasa berat sekali dan membuat nyeri pundak saya, padahal barang
bawaan saya juga tidak terlalu banyak, dan akhirnya ada bagian dari tas saya
yang jebol karena ngak kuat nahan berat maklum Cuma tas biasa. Bersambung dulu
ya...
Oke mumpung ada waktu luang saya mau melanjutkan
cerita saya tentang pantai Greweng ini, owh iya setelah saya analisis dan tanya
keteman saya sepertinya yang membuat tas saya bertambah berat adalah water
blader yang saya bawa, dan saya salah meletakannya, memang sih dengan water
blader dalam perjalanan ketika haus akan lebih mudah untuk minum, namun
seharusnya water blader itu diletakan dalam tas yang nempel ke punggung biar
beban tidak terasa terlalu berat, FYI water blader saya berisi lebih dari 2
liter air sob.
Setelah semua rombongan sampai di pantai, kita pun
menentukan lokasi untuk mendirikan tenda, owh iya pantai greweng ini merupakan
cekungan yang tidak terlalu luas yang diapit dua karang, dan ditengah hamparan
pasir putih tersebut mengalir sungai yang membelah pasir pantai tersebut.
Setelah berdebat cukup panjang bagai sidang DPR akhirnya kita dapatkan lokasi
untuk mendirikan tenda, yaitu disebelah barat pantai deket dengan dinding
karang pantai. Menjelang pukul enam petang tenda sudah berdiri, dan kami semua
bisa memasuki tenda masing-masing. Setelah memasukan baarang bawaan kedalam
tenda, kami bersiap untuk sholat maghrib, dan diluar rintik hujan mulai turun
beberapa teman saya sholat jama’ah diluar tenda namun karena saya telat dan
intensitas rintik hujan juga semakin deras maka saya shoalat didalam tenda
bareng Zulfi salah satu teman saya.
Setelah sholat kami mulai makan dengan bekal yang
kami bawa dari rumah tadi, dan hujan semakin deras dan ditambah tiupan angin,
semakin lama angin semakin kencang tenda mulai ngak stabil, tenda sebelah yang
dihuni rombongan teman saya yang lain sudah mulai panik, sayapun juga mulai
panik melihat kondisi angin yang begitu kencang dan hujan yang cukup deras,
saya mulai berdiri sambil megang frame tenda sambil nyebut
“Allahuakbar...Allahuakbar...Allahuakbar...” dan berharap angin dan hujan
segera reda, namun hujan dan angin tak kunjung reda, pikiran mulai tak tenang,
apa ini akibat perkataan salah satu teman saya sore tadi waktu mendirikan tenda
yang agak sedikit takabur, dia tadi bilang “wes rapopo ra bakal ambruk keno
angin iki tendo ne” sambil nganjeli tenda dengan batu. Angin masih berhembus
dengan kencang, tenda yang ada di sebelah kanan tenda saya sudah roboh,
temen-temen saya yang ada didalam tenda sudah mengungsi dibawah batu karang dan
beberapa ada yang ikut membantu memegangi tenda yang ada di sebelah kiri saya,
saya pun sempet keluar ikut memindahkan barang-barang yang ada ditenda teman
saya ke dalam tenda yang saya tempati, air pun mulai masuk kedalam tenda, dan
tak lama berselang frame tenda saya juga patah dan merobekan tenda. Tak lama
kemudian badai itupun cukup mereda dan barang barang berharga seperti kamera,
dan kompor buat masak dipindahkan dibawah karang, bener-bener kejadian luar
biasa malem tersebut, dari 5 tenda 2 roboh dan rusak cukup parah, yang 1 lagi
yang saya tempati walaupun frame nya patah dan tendanya sobek namun ngak sampe
roboh. Untung saja 2 tenda yang ditempati cewek-cewek ngak ikut roboh. Karena
cukup kedinginan sayapun berinisiatip untuk mamasak air sekedar untuk menyeduh
kopi atau untuk membuat mie instant. Beberapa temen saya baju dan celananya
basah, bahkan ada yang ngak bawa baju ganti karena tidak memperkiraan bakal ada
kejadian seperti itu tadi.
Waktu menunjukan belum ada pukul 8 malam, dan pikir
saya ini masih sore dan malam masih panjang, akankah kita akan kedinginan
sepanjang malam karena tenda kita roboh, saya sempet berfikir gimana kalau yang
rombongan cewek dijadikan satu tenda dan yang satunya bisa dipake buat yang
cowok, namun sepertinya tidak memungkinkan. Setelah menghangatkan badan dengan
kopi panas, dan hujan juga sudah mulai reda kamipun mulai berbenah ditenggah
gelapnya malam kita mulai mengevakuasi tenda yang roboh, dan barang-barang yang
ada didalamnya. Dan setelah itu kami berinisiatip membuat tenda dari banner
yang kami pake buat alas waktu sholat tadi, akhirnya jadi juga tenda darurat
tersebut. Ditengah hening malam selepas badai yang menerpa tadi, kami mencoba
menyalakan api untuk menghangatkan badan dan juga untuk membakar jagung yang
kami bawa dari rumah. Di pantai Greweng ini sebenernya jika kita mau membuat
api unggun, kita ngak perlu repot-repot bawa kayu bakar, karena di area pantai
ni ada yang jual kayu bakar, namun perlu di ingat kalau kita mau membuat kayu
bakar kita harus menyewa alasnya dari penjaga pantai yang sekaligus jualan
tersebut ya memang buat menjaga kebersihan pantai juga sih, ya walaupun kita
juga sudah ditariki dana kebersihan namun ya bukan berarti kita boleh bebas
mengotori pantai to?
Setelah kenyang menikmati jagung bakar, sayapun
mulai terasa ngantuk, walaupun teman yang lain masih assik ngobrol sana sini,
saya mencoba untuk melelapkan mata karena besok masih ada perjalanan pulang
yang memakan waktu cukup lama jadi saya takut ngantuk dijalan. Akhirnya pagi
yang indahpun menjelang, birunya langit mulai nampak terlihat, di pantai
Greweng ini kita tidak bisa menikmati indahnya sunrise karena memang pantai ini
diapit oleh dua tebing. Setelah matahari kembali bersinar, kami mulai assik
bermain air dipantai, walaupun ombak nya terpecah oleh dua tebing yang mengapit
pantai namun kita tetep harus selalu berwaspada saat bermain air dipantai,
khususnya pantai laut selatan, karena memang berhadapan langsung dengan
Samudera Hindia. Puas bermain air, dan mataharipun semakin terik bersinar, kami
pun mulai mengemasi tenda, karena beberapa rombongan yang lain juga sudah pada
kukut.
Kukut-kukut tendapun kelar dengan beberapa tenda
yang sobek akibat badai semalem, sebelum meninggalkan pantai greweng kita
sempatkan buat foto-foto terlebih dulu buat mengabadikan moment, dan kita
kembali menyusuri jalan setapak yang kita lalui tadi sore, bedanya saat pulang
kita berjalan ditengah terik matahari dan stamina yang sudah mulai menurun,
namun dengan dengan tekad yang kuat kita bisa kembali ketempat kami parkir
sepeda motor dengan selamat. Setelah istirahat sejenak kita kembali lanjutkan
perjalan ke rumah dengan menahan rasa ngantuk yang amat sangat luar biasa.
Infonya sangat bermanfaat, ditunggu lagi cerita2 selanjutnya
ReplyDeleteInfonya sangat bermanfaat, ditunggu lagi cerita2 selanjutnya
ReplyDeletemakasih kak, kalau ada waktu luang boleh ikut berpetualang kok :D
DeleteSeru banget ceritanya kak, aku juga pernah kesana dan emang bagus banget kayak pantai pribadi haha
ReplyDeletenumpang promosi ya kak
Sewa Mobil Jogja