Setelah paginya Gowes ke Manggiran
dengan total jarak tempuh sekitar 28 kilometer plus melewati tanjakan yang
cukup Jahanam, siang harinya dilanjut jalan sama Tata salah satu teman saya
yang katanya lagi kurang piknik ke Gunung Kidul, naik motor sih ngak jalan
kaki. Ya tujuan saya ke Gunung Kidul kali ini ke Embung Batara Sriten, sebuah
embung yang terdapat di daerah Pilangrejo, Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul.
Embung ini masih relatif baru dan belum lama juga di resmikan oleh Pak Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut saya ini salah satu embung yang cukup keren
dari berbagai embung yang pernah saya kunjungi. Terletak didaerah perbukitan
yang katanya tertinggi didaerah Gunung Kidul berarti lebih tinggi dari Gunung
Api Purba ya? Bisa jadi karena kemarin saya juga tidak menghitung ketinggiannya
Cuma menghitung jarak tempuh dari rumah saya sampai Embung tersebut sekitar 60
kilometeran.
Embung Batara Sriten merupakan
sebuah embung tadah hujan yang konon fungsinya untuk perairan untuk daearah
dikawasan embung tersebut yang akan dijadikan kebun buah, untuk ukurannya dari
embung Nglangeran yang lebih dahulu dibuat embung Batara Sriten ini lebih luas
dan bentuknya juga tidak oval seperti Embung Nglangeran. Karena terletak diatas
bukit yang katanya tertinggi di Gunung Kidul tadi maka tidak salah kalau dari
embung Batara Sriten ini view pemandangannya cukup bagus, bisa dikatakan kalau
mau melihat sisi lain dari Gunung Kidul ya datanglah ke Embung Batara Sriten
ini karena pemandanganya memang cukup keren. Selain menikmati landscape
perbukitan di wilayah Kabupaten Gunung Kidul kita juga dapat menikmati
pemandangan di wilayah Kabupaten Klaten dan dari tempat tersebut kita juga
dapat melihat dengan jelas Rowo Jombor, dengan catatan anda datang pas cuaca
cerah dan tidak berkabut ya, owh iya diatas puncak Embung Batara Sriten ini
juga terdapat sebuah makam, jadi ya hati-hati jaga sopan santun ya.
Salah satu sisi landscape puncak Embung Batara Sriten |
Walaupun terletak diatas ketinggian
tapi kemarin saya tidak merasakan sejuk atau dinginnya udara khas pegunungan
kayak di puncak suroloyo, ya maklum saya sampai sana pas panas2e sekitar jam
14.00 dan sampai sana dikejutkan dengan rombongan pesepeda yang kebetulan juga
baru tiba, manteb bener ni gowesnya, dan ketika saya tanya katanya rombongan
dari Kota Gede gowes dari bawah sampai atas tanpa loading dengan pick up,
manteb benerkan hahaha. Oke untuk menikmati suasana yang assoy dan sepoy-sepoy
saya sarankan kalau mau kesana mending pada saat pagi hari atau sore hari.
Untuk jalan menuju kesana kalau dari Jogja mengkuti jalan Wonosari hingga
ketemu pertigaan kearah Nglipar, nah ikuti aja jalan tersebut insya alloh anda
berada dijalan yang benar, setelah mendaki bukit dan melewati lembah anda nanti
akan melihat papan petunjuk ke arah Embung Batara Sriten dengan memasuki jalan
kampung, nah dari sini perjalanan yang sesungguhnya akan dimulai, karena
semakin ke atas jalan semakin terjal, sebenarnya bagi yang sudah ke Suroloyo
tanjakan jalannya hampir mirip cuma yang jauh berbeda adalah kondisi kontur
jalannya, kalau di Suroloyo jalanan sudah cukup mulus, dan kalau di Embung
Batara Sriten ini jalan masih mengunakan Cor Blok, bahkan sebelum sampai puncak
kondisi jalan lebih parah lagi yaitu bebatuan lepas yang sangat berbahaya bagi
pengendara sepeda motor kalau tidak berhati-hati karena bisa mblenderke. Bahkan kemarin ada salah
satu teman saya mau naik tapi gagal karena takut sama jalannya, terus yang
kedua berhasil naik, tapi ada motor salah satu temannya yang sampai overheat dan harus menunggu sampai
dingin dulu baru bisa melanjutkan perjalanan, namun kalau masih takut tersesat
dan tak tau arah jalan pulang mending gunakan GPS, search aja di google maps
dengan keyword “Embung Batara Sriten”
kalau masih binggung gunakan GPS manual, *Gunakan Penduduk Sekitar.
Kalau kepengen naik ke Embung Batara
Sriten pastikan kesiapan anda dan kondisi motor anda, dari pada gebetan kamu
harus ndorong karena motor kamu ngak kuat nanjak kan malu binggo hahaha, untung
sepeda motor saya kemarin habis ganti gearset
sama kampas rem jadi oke oke aja buat naik. Setelah puas berfoto-foto dan
melihat pemandangan dari atas puncak bukit Sriten saya pun turun, berhubung
waktu juga belum terlalu sore, dan kebetulan Tata juga belum pernah main ke
Embung Nglangeran, maka setelah dari Embung Batara Sriten saya mampir ke Embung
Nglangeran karena jalannya juga sama dengan arah jalan pulang. Dari Embung
Sriten menuju ke Embung Nglangeran kembali mengikuti jalan waktu berangkat
tadi, Cuma sebelum ketemu jalan Jogja-Wonosari ambil kanan arah SMA 1 Patuk,
nah ikuti aja jalan tersebut, cukup dekat kok.
Ini kali kedua saya berkunjung ke
Embung Nglangeran, dulu pas pertama kali kesini masih cukup sepi ya mungkin pas
ngak weekend juga si, namun kemarin cukup kaget melihat parkiran karena cukup
banyak kendaraan, baik roda dua maupun kendaraan roda empat, dan fasilitas nya
juga sudah lebih memadai daripada kunjungan yang pertama saya, sepertinya
Pokdarwis disini sudah tertata dengan baik itu juga terlihat dari pelayanan
masyarakat setempat mulai dari tempat pemungutan restribusi sampai dengan
petugas jaga parkir.
Panorama Embung Nglangeran |
Sampai di sini sekitar pukul 16.30an
setelah membeli minum dan makanan ringan disalah satu warung didekat parkiran
sambil sejenak melepas lelah sejenak sebelum naik keatas. Setelah selesai
beristirahat kami pun naik ke atas, dan sampai diatas sekeliling embung sudah
dipenuhi orang-orang yang lagi asik berfoto, kita pun jalan sambil mencari spot
yang pas untuk melihat sunset, setelah mendapat tempat yang kami rasa pas buat
nonton sunset kami pun ikut berfoto ria seperti kerumunan orang-orang lain yang
berada di embung nglangeran sore itu. Pukul 17.28 sang surya sudah kembali
keperaduannya, langitpun perlahan menjadi gelap, kamipun bergegas untuk kembali
turun ke Jogja, inilah sebagian cerita perjalanan saya dan teman saya Tata pada
hari Ahad 10 Mei 2015, Sekali jalan dua Embung Terlampaui.
video timelapse embung nglangeran https://www.youtube.com/watch?v=7fvc-8RWkoU
0 comments:
Post a Comment