27 Mei 2006 mungkin akan menjadi salah
satu sejarah kelam bagi Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah,
khusus nya bagi warga Bantul, sebuah Kabupaten di wilayah selatan Kota Jogja. Pagi
itu kurang lebih pukul 05.53 menit kota Geplak ini diguncang gempa dengan
kekuatan 5,9 SR yang meluluh lantahkan sebagian rumah warga Bantul, kurang dari
1 menit goncangan gempa tersebut, namun efek yang ditimbulkan cukup besar. Lebih
dari 4000 nyawa melayang, dan ribuan masyarakat yang rumahnya runtuh akibat
gempa, belum lagi korban yang harus kehilangan bagian dari tubuhnya yang harus
diamputasi.
05.53 pagi bagi sebagian orang mungkin belum
terbangun kala itu, persis seperti saya, sabtu pagi itu saya terbagun karena
merasakan getaran dari dalam bumi yang cukup kencang, yang membuat saya lari
meninggalkan tempat tidur saya dan keluar dari rumah saya, walaupun saya orang
Bantul, tapi mungkin goncangan gempa yang dirasakan didaerah saya berbeda
dengan daerah yang berada di seputaran pusat gempa sana, saya bersyukur karena
saya masih bisa berlari keluar rumah, saya bersyukur karena rumah simbah saya
yang selama ini saya tinggali juga tida runtuh. Sampai diluar rumah saya masih
bisa merasakan goncangan tanah tersebut, pikir saya gempa tersebut berasal dari
gunung Merapi yang ketika itu memang sedang bergejolak yang hampir setiap malam
mengeluarkan lava pijar. Namun setelah mendengar siaran berita di Radio saya
baru tahu kalau gempa bukan berasal dari Gunung Merapi, setelah gempa mereda
dan melihat kerusakan rumah dan juga tetangga kemudian saya mandi, terus masuk
sekolah, karena itu hari sabtu dan juga melihat kerusakan yang tidak begitu parah
di kampung saya maka saya putuskan untuk tetap sekolah. Sampai disekolah
keganjilan tersebut mulai nampak, sekolah cukup lengang, dan beberapa bangunan
sekolah runtuh. Kemudian saya putar balik kendaraan saya dan pulang lagi
kerumah, sampai rumah mulailah terjadi ssedikit kecemasan, mendapat kabar kalau
Pasar Niten juga rusak parah akibat gempa saya langsung kepikiran simbah saya
yang jualan di Pasar Niten, belum lagi pak lik saya yang di Kalimantan juga
telp kalau rumah mertua nya di daerah Jetis Bantul juga runtuh dan saya disuruh
menengok kesana, akhirnya saya sama salah satu bu lik saya yang dirumah mencoba
menengok kesana sekalian ngecek simbah saya.
Namun ketika baru keluar sampai jalan
depan rumah Alhamdulillah simbah saya sudah sampai rumah, akhirnya saya
lanjutkan perjalanan, baru jalan sekitar 2 kilometer dari rumah terdengar isu
Tsunami lak yo mak njengirat bulu kuduk saya langsung kembali putar balik motor
saya dan tancap gas kembali, sampai rumah juga cukup panik, mau mengungsi
kemana pikir saya, karena rumah saya juga sudah termasuk dataran tinggi, banyak
warga yang mengungsi sampai daerah saya bahkan terus kebarat ketempat yang
lebih tinggi kepanikan benar-benar mencapai puncaknya! Ditengah kepanikan tersebut
salah satu teman saya ada yang nekad memanjat tower telekomunikasi yang
kebetulan baru selesai dibangun dan belum di fungsikan namun setelah sampai
atas hasilnya nihil, katanya dari atas gelap kayak ketutup kabut, kemungkinan
itu debu sisa robohnya bangunan akibat gempa tadi pagi. Isu baru mereda setelah
ada salah satu warga dengan alat komunikasi HT bisa mendapat informasi dari tim
SAR pantai Parangtritis bahwa disana aman-aman saja tidak ada yang namanya
Tsunami Alhamdulillah perasaan pun menjadi lega. Setelah isu mereda saya diajak
teman saya berkeliling saya lewat daerah Kasongan, Jln Bantul, hingga daerah
Kauman barat alun-alun Utara.
Sepanjang perjalanan saya melihat
pemandangan yang memilukan, rumah roboh, ada juga korban yang dievakuasi dari
dalam reruntuhan, orang-orang dengan luka dikepala duduk bergerombol dipinggir
jalan, dan juga suara sirene ambulance yang sering terdengar. Terlepas dari
bencana alam tersebut, kini Bantul sudah bangkit kembali sebagai Kabupaten yang
berbatasan langsung dengan Samudera Hindia ini rumah-rumah warga yang dahulu
runtuh terkena gempa kini sudah kokoh berdiri kembali lewat program
rekonstruksi pasca gempa yang di programkan oleh pemerintah. Gempa 27 Mei 2006
merupakan pelajaran yang berharga bagi warga Bantul yang tak akan terlupakan,
banyak pengalaman berharga dari peristiwa tersebut. Salam Bantul Bangkittt!