|
pintu masuk objek wisata Cukang Taneuh |
Sudah
dua kali saya mengunjungi Pantai Pangandaran namun belum sekalipun saya mampir
ke Green Canyon baru dikunjungan yang ketiga kalinya ini saya berkesempatan
mengunjungi Green Canyon atau masyarakat setempat menyebutnya Cukang Taneuh.
Obejek wisata Green canyon lho kok Green Canyon? seperti nama tempat di
Negaranya paman Sam sana ya? Tapi beda Green Canyon disini terletak di Desa
Kertayaasa Kecamatan Cijulang dapat ditempuh kurang lebih 30 menit perjalanan
dari Pantai Pangandaran. Green canyon merupakan Sebuah sungai yang mengalir
dengan air kehijauan *jika anda beruntung tapi, karena kemarin saya pas kesana
airnya pas keruh jadi terlihat seperti brown canyon hehehe. Objek wisata Cukang
Taneuh atau Green Canyon ini menyajikan keindahan alam berupa air sungai yang
kehijauan namun sekali lagi saya tegaskan kalau pas beruntung tapi, karena
kemarin saya sempet tanya sama Aa pengemudi perahu yang saya tumpangi,
“kira-kira bulan apa A’ kalau air nya pas kehijauan gitu?” si Aa’ pun menjawab
“wah kita ngak berani menjamin, karena ini kan hubungannya dengan alam, bisa
aja dari kemarin airnya hijau, tapi malamnya hujan trus paginya udah jadi keruh
lagi.”
Ya
setau saya memang waktu yang tepat untuk berkunjung ke Cukang Taneuh ini pas musim
kemarau, namun tau sendiri to sekarang ini musim begitu labil dan ngak tentu,
susah diprediksi, walaupun musim kemaraupun hujan masih sering nonggol secara
tiba-tiba tanpa kulon nuwun. Oke lanjut lagi ke pengalaman saya mengunjungi
Green Canyon. Masuk keareah Green Canyon kita harus menyewa perahu untuk
menyusuri sungai, harga tiket sewa satu perahu Rp. 150.000 untuk lima orang
penumpang, terus tambah lagi Rp. 100.000 untuk tarif extra time maksimal 30 menit.
Setelah membeli tiket masuk kita menunggu antrian dapat perahu no berapa gitu,
beruntung kemarin datang masih pagi, dan pengunjung belum begitu ramai jadi
tanpa antri lama kita bisa langsung naik ke perahu, karena kata si Aa’ kalau
pas musim liburan loket penjualan tiket jam 9 pagi sudah tutup karena saking
banyaknya pengunjung dan antrian bisa sampai sore.
Dengan
Bismillah saya menaiki perahu kecil lebih kecil dari perahu yang biasa dipakai
buat melaut, mesinya juga Cuma kecil jadi laju kapalpun tidak bisa terlalu
kencang karena posisinya juga melawan arus sungai, dari dermaga tempat saya
naik perahu tadi kurang lebih berjarak 3 kilometer untuk sampai ke batu payung
tempat para wisatawan bermain air. Sepanjang perjalanan kanan kiri sungai
berupa hutan mirip kayak di sungai amazon halah kayak udah pernah ke Amazon
aja, palingan juga ke Sungai Progo hahaha. Lama kelamaan pemandangan hutan di
kanan kiri sungai itu berbah menjadi tebing batu yang menjulang tinggi dan
sepertinya dari sinilah petualangan itu dimulai! Di depan ada aliran sungai
yang menyempi dan disisi sebelah kiri ada gundukan tanah yang disitu terdapat
seorang petugas yang bertugas mengatur lalu lintas perahu yang naik dan yang
turun agar bergantian sehingga tidak terjadi tabrakan, untung aja petugas
tersebut ngak sambil minta receh seperti yang marak terjadi saat ini di
sela-sela trotoar jalanan.
Terus
masuk keatas kita seolah masuk kedalam goa, hingga akhirnya perahu harus
berhenti karena memang sudah tidak bisa naik lagi karena terhalang batu, disini
kita ditawari sama Aa’ nahkoda perahu mini, kalau pengen bermain aer sampai ke
batu payung kita nambah Rp. 100.000, pikir saya ya ngak masalah udah jauh-jauh
sampai sini masak ya ngak sekalian main air dan melihat batu payung secara
langsung kan yo rugi bandar hahaha. Akhirnya dari kami berlima yang menaiki
perahu mini tersebut hanya kita bertiga yang ikut nyebur, dua teman saya yang
lain memilih menunggu di perahu.
Aliran
air Cukang Taneuh ini cukup deras, namun tidak usah kawatir, karena kita sudah
memakai pelampung, dan juga ada Aa’ yang selalu siaga mengawal kita selain itu
juga sudah ada tali yang dipake buat peganggan menuju lokasi batu payung. Namun
walaupun demikian butuh perjuangan lebih untuk bisa sampai ke batu payung,
apalagi yang ngak bisa berenang dan juga phobia air hahaha saya sendiri juga
sempet panik karena waterproof actioncam saya rembes, selain itu saya juga
takur kalau ada bagian dari tubuh saya yang kram karena sebelumnya tidak
melakukan pemanasan sama sekali sebelum berenang menyusuri aliran sungai yang
arusnya cukup deras, dan saya juga sempat terbawa arus, namun dengan segala
upaya yang saya lakukan saya berhasil menepi dan naik ke atas batu seperti
teman-teman yang lain.
Melihat
beberapa teman saya pada loncat dari atas batu payung, saya pun juga tertarik
untuk ikut merasakan sensasinya loncat dari atas batu payung tersebut, untuk
naik keatas batu payung dari tempat saya berdiri saya harus melompat keseberang
sungai terlebih dahulu, segeralah saya melopat dan mengikuti arus terus menepi,
namun tak disangka dari belakang teman saya ada yang menyusul saya, dan sialnya
dia ngak bisa berenang dan panik memegangi saya dan kami terbawa arus, sampai
di susul sama si Aa’ pengawal, teman saya disuruh melepas peganggan dari tubuh
saya, untungnya saya tidak ikut panik karena saya tau kalau teman saya ini
pasti lagi panik, akhirnya dia melepaskan peganggan dari tubuh saya, namun sial
bagi saya, batu payung jauh didepan sana, dan saya harus melawan arus deras
lagi. Namun karena saya tidak mau capek-capek melawan arus akhirnya saya
merambat didinding batu untuk sampe ke batu payung namun ya cukup ngeri boss...
Dengan segala perjuangan saya tadi akhirnya
saya berhasil juga berdiri diatas batu payung, namun untuk langsung loncat
nyali saya cukup ciut, akhirnya saya minta teman saya yang lain untuk nyusul
keatas batu payung lagi, setelah mereka sampai atas trus saya beranikan diri
untuk loncatttt sebenarnya sensasi seperti ini serin saya rasakan waktu masa
kecil saya dulu waktu sering mandi di kali, byurrrr....beberapa detik kemudia badan
ini kembali kepermukaan dan derasnya air membawa saya kehulu, sebenarnya masih
pengen loncat lagi, namun si Aa’ sudah ngode untuk ngajak kembali ke perahu,
padal saya liat jam tangan saya belum ada 30 menit, dan teman-teman saya yang
datang duluan juga masih pada assik disana, sial nih si Aa’ dalam hati saya
bergumam.
Akhirnya
saya kembali naik perahu untuk kembali ke dermaga dimana tadi saya naik perahu
tersebut, badan terasa capek terutama tangan saya pegel-pegel karena dipaksa
buat berenang melawan arus tadi, diperjalan menuju dermaga saya ngobrol lagi
sama si Aa’ untuk mengali informasi, Cukang Taneuh ini sebenarnya sudah ada
yang mengunjungi sejak tahun 1980an namun mulai rame sekitar tahun 1990an
ketika mulai ada stasiun Tv yang liputan di Green Canyon ini, dan semakin
kesini semakin rame karena bertambahnya informasi tentang Cukang Taneuh. Semoga
besok kalau ada kesempatan mengunjungi tempat tersebut pas airnya kehijauan
biar tambah yahuddd. Salam yahuddd.